KEESAAN DZAT
Dalam KeEsaanNya Dzat mempunyai bermacam-macam Asma dan bermacam-macam Sifat.
Keberagaman Asma dan Sifat tidak menyebabkan Dzat bertambah menjadi lebih dari satu.
Dalam ke Esaan Nya, Dzat tidak menjadi berjenis-jenis.
Sifat yang beragam, pasangan dan juga kebalikkannya adalah satu didalam aspek keEsaan Dzat.
Misalnya Sifat Jamal-Terang dan Jalal-Gelap, Asma Hadi ( Yang Memberikan Petunjuk ) dan Asma Mudzil ( Yang Menyesatkan ), dimana Asma yang satu tidak mengganggu Asma yang lain.
Dengan demikian :
Siapapun yang telah diberi petunjuk Allah, maka tak ada sesuatu apapun yang bisa menyesatkannya,dan siapapun yang telah disesatkan Allah, Rosulullahpun tidak bisa meluruskannya.
Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang dapat petunjuk dan barang siapa yang disesatkan-Nya,maka kamu tidak akan mendapat seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepada-Nya
(Al-kahfi 18 : 17)
Siapa-siapa yang dikehendaki Allah dibiarkan-Nya sesat, siapa-siapa yang dikehendaki Allah ditempatkan-Nyadi jalan yang lurus
(Al-Anam 6 : 39).
Sesungguhnya Dzat tidak mempunyai manifestasi apapun tanpa manifestasi dari Asma dan Sifat.
Apapun yang ada, sifat baik maupun sifat jahat adalah merupakan akibat dari manifestasi Asma dan Sifat, bukan manifestasi dari Dzat.
Dalam hal ini harus kita ingat bahwa semua kebaikan berasal dari Allah.
Dibalik ujian dari Tuhan yang terjadi pada diri kita itulah yang terbaik, karena selalu ada hikmah.
Semua keburukan yang terjadi pada diri kita, itu karena ulah kita sendiri yang melenceng dari sunnatullah.
Apapun kebaikan yang kamu terima, datangnya dari Allah.
Apapun bencana yang menimpa dirimu, karena kesalahanmu
(An-Nisa 4 : 79)
Bersabarlah menunggu keputusan Tuhan-mu, sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan Kami dan bertasbihlah dengan memuji Tuhan-mu sewaktu kau bangkit berdiri dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu malam dan tatkala bintang-bintang tenggelam saat fajar
(Ath-Thur 52 : 48-49).
Setelah kita menggali dan mempelajari kerangka teoritis atau hipotesa tentang Dzat serta penurunan martabat Dzat sampai kepada rincian Wahidiyyah maka secara garis besarnya akan tampak empat kerangka dasar dari hipotesa tersebut.
Keberagaman Asma dan Sifat tidak menyebabkan Dzat bertambah menjadi lebih dari satu.
Dalam ke Esaan Nya, Dzat tidak menjadi berjenis-jenis.
Sifat yang beragam, pasangan dan juga kebalikkannya adalah satu didalam aspek keEsaan Dzat.
Misalnya Sifat Jamal-Terang dan Jalal-Gelap, Asma Hadi ( Yang Memberikan Petunjuk ) dan Asma Mudzil ( Yang Menyesatkan ), dimana Asma yang satu tidak mengganggu Asma yang lain.
Dengan demikian :
Siapapun yang telah diberi petunjuk Allah, maka tak ada sesuatu apapun yang bisa menyesatkannya,dan siapapun yang telah disesatkan Allah, Rosulullahpun tidak bisa meluruskannya.
Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang dapat petunjuk dan barang siapa yang disesatkan-Nya,maka kamu tidak akan mendapat seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepada-Nya
(Al-kahfi 18 : 17)
Siapa-siapa yang dikehendaki Allah dibiarkan-Nya sesat, siapa-siapa yang dikehendaki Allah ditempatkan-Nyadi jalan yang lurus
(Al-Anam 6 : 39).
Sesungguhnya Dzat tidak mempunyai manifestasi apapun tanpa manifestasi dari Asma dan Sifat.
Apapun yang ada, sifat baik maupun sifat jahat adalah merupakan akibat dari manifestasi Asma dan Sifat, bukan manifestasi dari Dzat.
Dalam hal ini harus kita ingat bahwa semua kebaikan berasal dari Allah.
Dibalik ujian dari Tuhan yang terjadi pada diri kita itulah yang terbaik, karena selalu ada hikmah.
Semua keburukan yang terjadi pada diri kita, itu karena ulah kita sendiri yang melenceng dari sunnatullah.
Apapun kebaikan yang kamu terima, datangnya dari Allah.
Apapun bencana yang menimpa dirimu, karena kesalahanmu
(An-Nisa 4 : 79)
Bersabarlah menunggu keputusan Tuhan-mu, sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan Kami dan bertasbihlah dengan memuji Tuhan-mu sewaktu kau bangkit berdiri dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu malam dan tatkala bintang-bintang tenggelam saat fajar
(Ath-Thur 52 : 48-49).
Setelah kita menggali dan mempelajari kerangka teoritis atau hipotesa tentang Dzat serta penurunan martabat Dzat sampai kepada rincian Wahidiyyah maka secara garis besarnya akan tampak empat kerangka dasar dari hipotesa tersebut.