Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2015
*Mereka yang dekat dengan ALLAH membagi-bagikan ganjaran ruhaninya,hasil ibadah dan amal solehnya dengan niat untuk menghadiahkan pahala amalan salehnya itu kepada orang-orang yang berdosa. ALLAH dengan rahmat-NYA mengampuni dosa-dosa hamba-hambanya yang berdosa dari hasil pembagian sebagian pahala dan ganjaran yang di peroleh hamba-hambanya yang soleh.Tegasnya orang-orang Sufi dalam kategori ini sangat merahmati orang-orang awam yang lalai dan selalu menyia-nyiakan dirinya.Amalan mereka kurang,malah dosa semakin bertambah.Orang seperti ini berada dalam bahaya besar,namun mereka tidak sadar,dan terus hidup dalam kelalaian.Karena itulah kaum Sufi menaruh iba terhadap orang-orang yang berdosa ini,sehingga semua amalan baik dan bakti yang di kerjakannya tidak bertujuan untuk meraih pahala yang banyak untuk diri sendiri di hari pembalasan.Bahkan dia menghadiakan semua pahalanya untuk orang-orang yang lalai dan berdosa tersebut. Mereka di anggap miskin,tidak mempunyai amalan baik yang akan
*Maulana al-Arabi r.a berkata:"Orang belajar dan benar jika dia telah fana nama (ALLAH),kapanpun dia ingin sesuatu maka pasti terjadi.Dan jika dia fana dalam'Dzat,makaapa yang dia butuhkan akan di ciptakan sebelum dia menginginkannya. Sebauah hadits menyatakan:"ALLAH berfirma:Wahai hambaku,AKU adalah ALLAH yang mengatakan suatu perkara'Jadilah' maka perkara itu jadi.Maka taatlah kepada-KU,niscaya AKU menjadikanmu orang yang berkata untuk sesuatu perkara 'jadi' maka jadilah perkara itu." dan dalam sebuah hadits sahih lain meriwayatkan bahwa ALLAH berfirman:"JikaAKU mencintainya,maka AKU akan menjadi telinga,mata,tangan dan penolongnya.Jika dia meminta kepada-KU,pastiAKU memberikannya..." melihat keterangan di atas,maka segala sesuatu tidak akan terpisah dan terbentuk kecuali telah di liputi oleh qadha dan qadar ALLAH.Jadi kehendak kuat orang ma'rifat terhadap suatu perkara,jika terbukti bahwa qadha telah mendahuluinya,berarti kehendaknya
*Orang yang hidup di dunia tanpa mengingat ALLAH SWT dengan berzikir kepada-NYA,tidak heran bila hidup menjadi lalai dan terlena.Tanpa mengingat ALLAH,dia akan melupakan kematian yang akan menjeputnya kelak.Ketika itu dia merasa dunia masih terlalu panjang,padahalALLAH SWT.mengingatkan kita dalam firman-NYA bahwa ajal manusia itu lebih dekat dari urat lehernya.Orang yang membiarkan hidupnya terombang ambing di dunia,akan menyesali diri sendiri,bila ruh telah berpisah dari jasadnya dan menuju ke akhirat.Jiwanyaakan kosong dari ma'rifat,karenahatinya telah mati sebelum badannya mati.Hati yang tidak di suburkan dengan dzikir,lama kelamaan akan mati.Hati yang mati tidak akan menerima cahaya ALLAH.Dan dia akan selalu hidup dalam bahaya selama hati itu tidak di pulihkan dan di hidupkan kembali.Cara yang paling baik untuk menghidupkan hati ialah dengan menuntut ilmu kepada guru ruhani dan Sufi yang benar,yang dapat menghidupkan hati.Dengan berguru kepada mereka akan membawa ketenangan hid
*Tidaklah akan bahagia di negri abadi,kecuali orang yang datang kepada ALLAH SWT dengan rasa cinta kepada-NYA,dan tidak ada orang yang mencintai-NYA,kecuali orang yang ma'rifat kepada-NYA dengan memperbayakkan berzikir kepada-NYA.Ma'rifat dan cinta tidak akan di peroleh,kecualidengan pemikiran dan zikir terus menerus.Dan zikir tidak bisa terus menerus dalam hati,kecuali dengan pembangkit ingatan,yaitu ibadah-ibadah yang memakan waktu secara terus menerus.Perbedaan sejenisnya merupakan tambahan pengarus dalam ingatan,mencegah kebosanan,dan turunnya pengaruhnya terhadap hati secara terus menerus hingga batas kebiasaan. (Arba'in fi Ushul ad-Din bagi Imam al Ghazali)

tauhidul fi'il lillah

Para ulama thariqot juga sering menceritakan dalam risalah mereka, "sesungguhnya permulaan apa yang terlihat pada hamba, ketika ia sibuk dengan zikir, adalah tauhidul fi'li lillah (artinya: yakin bahwa tidak ada yang membuat apa saja di kalangan makhluk ini, kecuali Allah), lalu tauhidul mulki lillah Ta'ala (yakin bahwa tidak ada kerajaan, selain milik Allah), lalu tauhidul wujud lillah Ta'ala (menegaskan sifat wujud Allah hanya bagi Allah Ta'ala). Apabila telah tampak padanya, tauhidul fi'il lillah, maka dengan terbukanya hati dan keyakinan, ia keluar dari memandang perbuatan yang dilakukan sendiri (ia yakin bahwa dirinya hanya sekedar tempat dilakukannya pekerjaan Allah dan takdirNYa). Dan ia keluar dari mencari pahala atas amalnya, dari takabur, dari ujub, dan riya'. Ia masuk ke dalam lapangan ikhlas yang sempurna.

Dzikir Yang Utama

Jika ditanyakan, Manakah yang lebih utama, zikir dengan "laa ilaaha illalloh" atau ditambah dengan "Muhammadur rasulullah" ? Maka jawabnya, yang lebih utama dalam zikir orang-orang yang lagi suluk adalah "laa ilaaha illalloh" tanpa tambahan lain, sampai mereka memperoleh kebulatan tekad mengharap kepada Allah Ta'ala dalam hati mereka. Apabila kebulatan tekad itu telah dicapai, maka persoalannya menjadi jelas. *) Kalimat Muhammadur Rasulullah, merupakan suatu pengakuan. Dan pengakuan cukup sekali sepanjang umur. Berbeda dengan kalimat "laa ilaaha illalloh". Maksud dari mengulang-ulangkalimat tauhid (laa ilaaha illalloh) ini adalah untuk memperbanyak pembersihan terhadap penutup-penutuphati (agar tabir yang menutupi, sedikit demi sedikit hilang, lantaran mengulang-ulangkalimat tauhid ini).(Minahus Saniyah).

TAQORRUB ILALLAH

Taqorrub ilallah atau menghampiri dan merapat kepada Allah esensinya adalah memangkas habis segala tujuan-tujuan selain Allah dalam segala tindakan. Mustahil akan sampai ke Mekkah, kata Sa'di, kalau jalan yang ditempuh menuju Turki. Bagaimana mungkin seseorang akan sampai kepada Allah kalau dia menempuh jalan menuju selain Allah. Allah tidak pernah jauh sehingga harus diperpendek jaraknya dan Dia tidak pernah terpisah sehingga harus disambungkan, sehingga mendekat kepadaNya dilakukan di medan penundukan hawa nafsu yang bertentangan dengan keridhoanNya dan pelurusan tujuan dari yang tidak mengarah kepadaNya. Hidup dari Allah, menuju Allah dan bersama Allah. Kekuatan ilmu, kehendak dan usaha dipusatkan pada cita-cita tinggi keridhoan Allah semata. Waktu rapat dengan ibadah, berpindah dari satu bentuk ketaatan kepada ketaatan lain. Hati berzikir dikala berdiri, duduk dan berbaring. Pikiran diarahkan kepada perenungan tanda-tanda Allah dan penggalian hikmah. Selalu mengadakan pengawasa

TAWAKAL ADALAH AKHLAQ YANG MULIA

Tidak ada maqam yang lebih mulia dibandingkan dengan tawakkal. Karena tawakkal menjadikan hamba mencintai Allah. Dengan kepasrahan ini, salik memperoleh hidayah, sehingga dia pun memperoleh keridhaan-Nya. Jika Allah telah meridhainya, maka kemuliaan dari Allah akan diperolehnya. Oleh karena itu, barangsiapa bertawakkal kepada Allah, menyerahkan segala urusan kepada-Nya, ridha dengan qodar-Nya, maka dia benar-benar telah menegakkan agama, dan memperbaiki iman dan keyakinannya. Sehingga kedua tangan dan kakinya hanya tergerak untuk kebajikan. Dia benar-benar menjadi orang yang berakhlak mulia, yang dengan akhlak mulia tersebut segala urusannya pun menjadi baik. Sebaliknya, barangsiapa menghina terhadap tawakkal, maka dia menghina keimanannya, karena keimanan selalu bersamaan dengan tawakkal. Barangsiapa mencintai orang-orang ahli tawakkal, maka dia mencintai Allah swt. (Tanwir al-Qulub, 479)

Pendamlah dirimu dari kesamaran

Pendamlah dirimu dalam kesamaran (tidak dikenal orang), karena sesuatu yang tumbuh dari yang tak dipendam tidak akan sempurna hasilnya. Tidak ada sesuatu yang lebih berbahaya bagi salik dibandingkan kemasyhuran (terkenal) diri dan nama, karena hal itu termasuk bagian terbesar yang diperintahkan untuk ditinggalkan dan memerangi nafsu didalamnya, dan terkadang hati salik masih tolerir untuk meninggalkan selain kemasyhuran. Mencintai jabatan dan memilih kemasyhuran itu bertentangan dengan tuntutan ibadah atas dirinya. Ibrahim ibn Adham ra. berkata: "Allah tidak membenarkan orang yang mencintai kemasyhuran". (Syarh al-Hikam, juz 1, hlm. 11)
"Wahai manusia,sakitilah setan-setan musuhmu dengan membaca Laailaaha illallah secara ikhlas.Kalimat tauhid itu mampu membakar setan-setan musuhmu,baik dari jenis manusia dan jin karena kalimat itu perwujudan api bagi setan dan cahaya (Nur) bagi orang bertauhid.Bagaiman engkau berucap "Laailaaha illallah",sedang dalam hatimu terdapat macam-macam tuhan? Setiap sesuatu yang engkau pergantungi dan kau minta tolong,selain Allah,kau jadikan berhala.Pengakuan tauhid yang keluar dari lisan itu tidak berguna jika masih disertai penyekutuan.Penyucian hati tidak berguna bila disertai pengotoran. Orang bertauhid itu menyakitkam setan dan orang bersyirik itu di sakitkan setan,sedangkan ikhlas itu menjadi penguat ucapan dan perbuatan.oleh karena itu,perbuatan tanpa disertai ikhlas seperti kulit tanpa kerangka,dan kulit saja tidak berguna,kecuali untuk bahan bakar. (Asy Syeikh Abdul Qodir al Jailani q.s.)
Dalam kitab Kifayah al-Atqiya’, halaman duabelas disebutkan bahwa: "seorang mukmin yang tinggi maqamnya, hingga mencapai derajat kewalian sekalipun, dia masih memiliki kewajiban untuk menjalankan syari’at yang telah ditetapkan dalam al-Qur’an dan hadits. Bahkan, jika seseorang mengaku telah mencapai derajat kewalian dan telah memahami hakikat, dia beranggapan bahwa taklif syari’at telah gugur dari dirinya, maka orang tersebut adalah telah menyimpang dari ajaran agama. Nabi sekalipun yang memiliki derajat yang lebih mulia dibandingkan para auliya’, mereka masih terkena taklif ibadah. Sebagaimana diketahui bahwa Rasulullah SAW melaksanakan shalat hingga telapak kakinya bengkak. Padahal Allah SWT telah mengampuni seluruh dosanya. Semua itu dilakukan oleh beliau semata-mata merupakan bentuk syukur seorang hamba kepada Allah swt. (Kifayah al-Atqiya hlm. 12)

KEGUNAAN TASAWUF

Kegunaan tasawuf adalah untuk mendidik hati dan mengetahui alam gaib. Dan buah yang di harapkan dari tasawuf adalah jiwa yang dermawan ,hati yang tenang,dan pekerti yang baik kepada semua mahluk. Ilmu ini tidak berbicara tentang ungkapan lisan,melainkantentang perasaan dan emosi. Ia tidak bisa di pelajari dari lembaran kertas melainkan di ambil dari para ahli rasa. Ia tidak bisa diperoleh dengan banyak bercerita ,melainkan dengan melayani para guru dan menyertai para ahli kesempurnaan (ahlul kamal). Demi ALLAH,tidak akan berbahagia orag yang ingin bahagia kecuali dengan menyertai orang yang benar-benar telah berbahagia. Dari ALLAH lah segala pertolongan.

Ilmu dan makrifat

Ilmu dan makrifat merupakan buah dari penjernihan dan penyucian. Jika ruh telah suci,maka ruh pasti di penuhi dengan ilmu,makrifat dan cahaya. Ruh tidak akan bisa pindah ketingkat selanjutnya sehingga tercapai terlebih dahulu tingkat di bawahnya. Barang siapa bersinar pada mulanya,akan bersinar pula pada akhirnya. Maka hendaklah seseorang tidak pindah menuju perbuatan tarekat sampai dia merealisasikan perbuatan syariat dengan anggota badannya hingga menjadi terlatih dengannya. Hal itu bisa dicapai melalui pelaksanaan tobat dan syarat-syaratnya,merealisaaikan taqwa dengan ketentuan pokoknya,dan merealisasikan istiqomah dengan pembagiannya. Semua dilakukan dengan cara mengikuti jejak Rasulullah saww. dalam perkataan,perbuatan dan keadaannya. Jika bagian lahir telah suci dan tersinari syariat,dia mulai pindah dari perbuatan syariat lahiriah menuju perbuatan tarekat batiniah,yaitu penjernihan diri dari sifat-sifat basyariyah (ke-manusia-an).
Syaikh al Yasidi r.a. Berkata:"Jika engkau ingin makrifat,maka perhatikanlah :apakah nafsumu berpindah dari alam ini ke alam malakut atau tidak.Palingkanlah kepada Allah segala urusan yang kau inginkan dan kau cenderungi,satu demi satu. Jika engkau telah berangkat dari nafsu dan rasa cinta kepadanya serta tidak condong kepada salah satu darinya,maka berbahagialah karena ruhmu telah berpindah kealam malakut. Jika kau masih condong atau cenderung mencintai sesuatu dari alam,maka lawanlah dan keluarkanlah hatimu sepenuhnya,sehingga kau berangkat menuju Allah." Asy Syeikh Syusytari berkata: "Jika kau ingin sampai kepada-Ku,maka kematianmu adalah syarat,orang yang dalam dirinya masih tersisa sesuatu,dia tidak akan pernah bertemu." Dia juga berkata: "Tidak akan berjumpa dengan-Ku,orang yang dalam dirinya masih tersisa sesuatu."
Ketahuilah wahai orang yang bersemangat dalam menimba ilmu agama,yang terlihat dari dirinya kesungguhan cinta dan tingginya dahaga kepada pengetahuan agama:'bahwa jika engkau didalam mencari ilmu memiliki tujuan untuk bersombong merasa lebih dari orang lain,mencari pujian dihadapan manusia dan mengumpulkan materi dunia dengan memperalat ilmu agama untuk kepentingan nafsu belaka,maka sesungguhnya engkau telah melangkah dalam mengancurkan agamamu,merusak jati dirimu dan menjual akhiratmu demi duniamu. Dengan demikian,maka akan rugi "perdagangan" agamamu dan akan rusak urusan akhiratmu,bahkan orang yang mengajarkan agama kepadamu seakan akan telah menolongmu didalam melaksanakan maksiat. Dia seakan akan telah menemanimu didalam kerugian dan dia tidak jauh beda dengan orang yang menjual pedangnya kepada para perampok yang ingin membunuhnya. (Bidayatul hidayah. Imam al Ghazoli).

TANDA TANDA MAKRIFAT DAN ADANYA KEHIDUPAN

Tanda-tanda ma'rifat dan adanya kehidupan sebagaimana yang di katakan sebagian hukama berikut ini: "Perbuatan seseorang dalam melakukan ketaatan itu menujukkan adanya ma'rifat (dalam dirinya), sebagaimana gerakan badan menunjukkan adanya kehidupan" Makrifat adalah mengenal Dzat Allah lebih dekat dengan segala bentuk keagungan,kebesaran dan kekuasaan-Nya. Apabila seorang hamba berbuat ketaatan kepada Allah,maka hal itu menunjukkan tentang adanya pengetahuan tentang Dzat Allah dalam dirinya. Dan apabila semakin banyak dalam berbuat ketaatan, maka semakin dalam pula pengetahuannya akan Dzat Allah. Sebaliknya, apabila ia jarang dalam berbuat ketaatan, maka berarti tidak ada kemakrifatan dalam dirinya. Karena perbuatan lahir itu merupakan cermin dari sikap batinnya.

AL'MAUJUD ALLAH YANG HAQ

Imam Qusyairi mengatakan : "Manusia adakalanya terpukau pada ayat dan hadits, adakalanya cenderung pada penggunaan akal dan pikirannya. Bagi manusia pada umumnya, sesuatu yang tampak ghaib bagi mereka menjadi tampak jelas bagi kalangan Shufi. Bagi khalayak, pengetahuan merupakan tumpuan, namun bagi kalangan Shufi pengetahuan itu didapat dari Al Maujud, Allah Al Haq. Mereka adalah sekumpulan hamba yang senantiasa berjumpa dengan Allah SWT (Ahlul Wishal), sementara manusia pada umumnya berpihak pada pencarian bukti (Ahlul Istidlal). Para Shufi itu adalah sebagaimana yang diungkapkan penyair : Malamku, bersama wajahMu, cemerlang sedang kegelapan menyelimuti manusia-manusia dalam kegelapan yang gulita sedang kami dalam cahaya siang benderang. Tidak satupun zaman dalam periode Islam, melainkan selalu ada seorang Syeikh dari para tokoh Shufi ini, yang mempunyai ilmu tauhid dan kepimpinan spiritual. Tokoh-tokoh panutan umat dari kalangan para ulama pada waktu itu benar-benar telah

HAKIKAT SYUKUR MENURUT SYEKH ABDUL QADIR AL-JAILANI

Menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, dalam pandangan ahli hakikat, syukur adalah mengakui nikmat yang diberikan oleh Sang Pemberi nikmat secara khusus. Allah menyebut diri-Nya sebagai “Yang Maha Mensyukuri” (Asy-Syakur) dalam arti yang meluas. Maksudnya, Dia akan membalas para hamba atas syukur mereka. Membalas syukur juga disebut sebagai syukur. . Ada pula ahli hakikat yang mengatakan bahwa hakikat syukur adalah memuji orang yang telah berbaik hati memberi (al-muhsin) dengan mengingat ingat kebaikannya. Syukur hamba kepada Allah berarti memujiNya dengan mengingat ingat kebaikan yang Dia berikan. Sedangkan syukur Allah kepada para hamba adalah pujian-Nya atas si hamba dengan menyebut (menyanjung) kebaikannya. Kemudian, kebaikan budi pekerti seorang hamba adalah ketaatannya kepada Allah, dan kebaikan Allah adalah kemurahan-Nya memberi nikmat kepada hamba-Nya. Syukur hamba yang sebenarnya adalah pengakuan lisan dan ketetapan hati akan nikmat yang diberikan Tuhan. . Syukur dapat di

KEPENTINGAN BERSALASILAH DALAM AMALAN TARIQAT

Arifbillah as-Syeikh Muhammad Amin al-Kurdi berkata : "Maka barangsiapa tidak berhubung salasilah tariqatnya hingga kepada hadrat Nabi S.A.W maka terputuslah berkatnya dan tidak mendapat waris Nabi S.A.W." – Kitab Tanwirul Qulub. . Begitu juga kata as-Syeikh Abdul Wahab as-Sya’rani : Ketahui oleh mu hai tholib yang berkehendakkan rahmat Allah , barangsiapa yang tidak mengetahui akan bapanya dan datok neneknya ( yakni salasilah ) di dalam tariqat maka dialah tersangat buta dan terkadang dibangsakan ia kepada yang bukan bapanya ( dari salasilah lain ) – Kitab Jami’ul usul fil awliya’. . Syeikh Ahmad al-Kamashkhanawi rahmatullah juga menyebutkan dalam kitab yang sama yaitu “ Barangsiapa yang tidak sah baginya keturunan kaum ( salasilah tariqat ) maka dianya anak buangan didalam amalan tariqat, tidak ada bapa baginya dan tidak harus baginya duduk jadi ketua majlis ( yang dibuat Guru ) dan tidak harus juga baginya bersama-sama menunjuki murid ( mengajar ) kepada kebenaran me
Imam al Ghazali Rahimahullah Ta'ala di dalam kitabnya yang bernama Al-Munqidz Minadh-dhalal berkata: "Sesungguhnya aku tahu dengan ilmu yang yaqin bahwa orang-orang yang mengikuti tharikat yang menyampaikan kepada ma'rifatULLAH Ta'ala yang sebenar-benarnya. Perilaku mereka sebaik-baik perilaku, jalan mereka sebetul-betul jalan dan akhlak mereka sebaik-baik akhlak, bahkan jika di himpunkan akal seluruh orang orang yang berakal, kebijaksanaan seluruh hukama' dan ilmu seluruh para ulama yang bersepakat mengetahui rahasia-rahasiailmu syariat untuk mengubahkan sedikit daripada perilaku dan akhlak ahli shufi ini serta menggantikannyadengan yang lebih baik daripada itu niscaya mereka tidak menemui gantinya dan tidak menemui sesuatu yang lebih baik daripadanya serta tiada sesuatu yang lebih baik daripada perilaku mereka itu, karena gerak-gerik mereka yang zhahir dan batin di ambil daripada syariat Nabi SAW dan segala perilaku ahli shufi zahir dan batin semata-mata mengikut