Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2015

TIDAK TAAT BERARTI BODOH

Janganlah mendefinisikan orang bodoh sebatas hanya semata-mata orang yang tidak mempunyai ilmu pengetahuan belaka. Namun, yang sebetulnya bodoh adalah orang yang tak mau mentaati Allah walaupun ia termasuk pemikir besar, pemimpin atau cerdik pandai ataupun cendekiawan ternama. * Allah berfirman: DEMIKIAN DIJANJIKAN ALLAH. ALLAH TIDAK PERNAH MENGUBAH JANJINYA, AKAN TETAPI KEBANYAKAN MANUSIA TIDAK MENGETAHUI (HAKIKAT YANG SEBENARNYA). MEREKA HANYA MENGETAHUI PERKARA YANG ZAHIR (lahiriah) NYATA DARI KEHIDUPAN DUNIA SAJA, DAN MEREKA TIDAK PERNAH INGAT HENDAK MENGAMBIL TAHU TENTANG HARI AKHIRAT. (Q.S. al-Rum [30]: 6-7). * Allah mencela mereka karena pintar dalam urusan dunia tapi bodoh dalam urusan agama dan akhirat. Ayat di atas menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan antara kebodohan dan pengetahuan yang hanya mencakupi urusan lahirahnya kehidupan dunia semata-mata. (Syeikh Ibnu 'Ata'illah)

BISIKKAN-BISIKKAN NAFSU

Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, mengemukakan bisikan-bisikan(khawathir) yang mungkin muncul di dalam hati manusia, di antaranya: Bisikan dari diri rendah (nafs), bisikan hawa nafsu (hawa), bisikan setan, bisikan malaikat, dan bisikan Tuhan. Jika kita menolak bisikan dari diri rendah, bisikan dari hawa nafsu, dan bisikan setan, maka bisikan dari malaikat akan datang kepada kita. Dan akhirnya akan datang bisikan dari Tuhan Kebenaran. Inilah tahap yang terakhir. "Apabila hatimu sehat dan baik, ia akan selalu bersikap kritis untuk menanyai setiap bisikan yang datang: Bisikan macam apa engkau ini? Dari sumber mana engkau datang? Mana bisikan itu akan mengatakan: Aku adalah bisikan anu dan anu ..." . Di dalam nasihatnya, beliau juga mengingatkan: "Wahai anakku terkasih! Aku nasihatkan kepadamu agar bertakwa kepada Allah dan senantiasa takut untuk menyakiti hati-Nya. Aku juga menasihatkan kepadamu agar setiap saat engkau siap memenuhi kewajibanmu kepada kedua orangtuamu dan

SIFAT PEMURAH

Suatu kaum itu disibukkan untuk memberi kepada makhluk. Mereka mengambil dan memberi. Mengambil dari kurnia dan rahmat Allah dan memberikan kepada fakir dan miskin yang ditimpa kesempitan.Mereka tunaikan hutang orang yang berhutang yang tiada kuasa untuk melunaskannya. Mereka adalah raja-raja, bukan raja-raja dunia kerana raja-raja dunia itu mengambil dan tidak memberi, sedangkan kaum itu mengutamakan orang lain dan menunggu-nungguorang yang tidak hadir. Mereka mengambil dari tangan Allah bukan tangan makhluk. Usaha anggota badan mereka untuk makhluk, sedangkan usaha hati mereka untuk mereka sendiri. Mereka berinfak (memberikan harta) itu kerana Allah bukan kerana hawa nafsu, bukan kerana pujian dan sanjungan. Tinggalkan kaum yang sombong terhadap Allah dan terhadap makhluk, kerana sombong itu termasuk sifat orang-orang pemaksa yang mana mereka dibenamkan ke dalam neraka jahanam. Apabila kamu marah kepada Allah maka kamu sombong kepada-Nya. (Pesanan Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani)

SINAR CAHAYA REMBULAN

Dengan membinasakan yang ujud menjadikan yang wujud hanya Dia. Dengan melenyapkan yang zahir menjadikan yang terzahir hanya satu dalam keesaan Dia. Dengan mematikan yang hidup menjadikan yang hidup kekal dalam kebaqaan Dia. Untuk mengenal Dia dengan cara ini perlulah melihat kepada sifat-sifat kebesaran Allah. Wahdaniah, Qadim, Baqa, Mukhalafatu lilhawadis dan Qiamuhu bi nafsihi, hanya Allah yang mempunyai sifat keagungan ini, manusia sedikitpun tidak dapat menghidunya. Tetapi dengan sifat-sifat keagungan Allah, Dia dapat dililhat dengan Nyata dan Terang, bagaimanpun untuk sampai kepada pemahamannya yang sebenar perlukan petunjuk yang sangat halus dan seni daripada mereka yang mengetahuinya, kerana ditakuti nanti ada pula yang bertuhankan diri sendiri atau mengaku diri sebagai tuhan seperti Firaun di zaman dahulu . nauzubillah min zalik. Bagaimanapun apabila sifat-sifat keagunganNya itu dianugerahkan kepada salik, jadi apakah yang tinggal kepadanya? Maka yang tinggal itu bukan

ALLAH AL-HAQ

FADZALIKUMU ALLAHU ROBBUKUMU AL-HAQ : "maka yang demikian itulah ALLAH, Robb KAMU yang AL HAQ" * Di antara Al-Asma'ul Husna adalah Al-Haq (Yang Maha Benar). Nama yang mulia ini telah Allah sebut dalam Al-Qur’an Qodim wahyu yang agung, walaupun Tanpa terulis pun bisa dibaca. Al-Haq, Yang Maha Benar, pada Dzat dan sifat-Nya. Maka ada-Nya adalah suatu kepastian. Maha sempurna seluruh sifat-Nya. Dzat-Nya mengharuskan keberadaan-Nya,dan tiada keberadaan sesuatu dari suatu apapun kecuali dengan kehendak-Nya. Dialah yang masih tetap dan terus memiliki sifat keagungan, keindahan, dan kesempurnaan, tiada batas dan pembatas. . Firman-Nya Maha benar, perbuatan-Nya benar, perjumpaan dengan-Nya juga benar, para rasul-Nya benar, kitab-kitab-Nyabenar, agama-Nyalah yang benar, ibadah kepada-Nya satu-satu-Nya adalah benar, dan segala sesuatu yang disandarkan kepada-Nya adalah benar.

RASA JIWA DALAM KESADARAN

Syukur adalah keimanan hamba, bahwa segala sesuatu adalah milik-Nya, dan berasal dari-Nya, Sementara Sabar adalah Keimanan hamba, bahwa dirinya adalah milik-Nya. Syukur adalah lewat karunia dan nikmat, sementara sabar adalah lewat Kesulitan dan Kesukaran. Dalam Syukur, kita Menyaksikan Karunia yang berasal dari ALLAH. Dalam sabar, kita melihat ALLAH mendapatinya dalam posisi yang benar semata. Syukur adalah menyaksikan kebaikan, Karunia dan Kemurahan, Kasih Sayang dan Rahmat-Nya. Sementara sabar adalah menyaksikan ketentuan-Nya. Syukur adalah menyaksikan karunia ALLAH terhadap hamba-Nya, sementara sabar adalah menuntut kejujuran dari dirinya. Syukur ibarat obat-obatan kimia, yang dituangkan kepada emas sehingga menjadi emas, sementara : sabar ibarat api yang membersihkan emas, serta membersihkan karatnya? akibat banyak dibakar tanpa campuran kimia. Syukur adalah menyaksikan segala sesuatu sebagai milik-Nya, sedangkan sabar adalah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya, setelah

KISAH DARI KITAB ALLAH YANG DAHULU

Suatu ketika Rasulullah S.A.W telah ditanya tentang suhuf yang diturunkan kepada suhuf Nabi Allah Musa a.s. Rasulullah S.A.W berkata : "Sebahagian daripada kandungan suhuf Nabi Musa A.S : * 1. Aku hairan pada orang yang telah meyakinkan akan datangnya kematian (yakin dirinya akan mati dan ditanya tentang amalannya), tetapi mengapa mereka merasa senang dan gembira di dunia (tidak membuat persediaan). * 2. Aku hairan kepada orang yang telah meyakini akan adanya qadar (ketentuan) Allah, tetapi mengapa mereka marah-marah (bila sesuatu musibah menimpa dirinya). * 3. Aku hairan pada orang yang telah meyakini akan adanya hisab (hari pengiraan amal baik dan buruk), tetapi mengapa mereka tidak berbuat kebaikan?" * Rasulullah S.A.W ditanya pula tentang sebahagian daripada kitab Taurat, Nabi berkata : "Antara kandungannya ialah : * 1. Wahai anak Adam, janganlah kau merasa khuatir akan kekuasaan (pangkat), selagi kekuasaanKu kekal abadi iaitu tidak akan hilang selamanya

KATA KATA HIKMAH BUAT DIRIKU YANG LALAI

"Kenallah (BERIBADAH) kepada Allah pada waktu lapang, pasti Dia akan mengenalmu (DIA AKAN MENOLONGMU ) di waktu sempit/kesusahan. Ketahuilah, sesungguhnya apa yang (DITETAPKAN) tidak mengenai padamu, pasti tidak akan menimpa kepadamu. Sebaliknya, apa saja yang (DITETAPKAN) menimpamu, pasti tidak dapat terhindar darimu. Sesungguhnya pertolongan Allah itu datangnya bersama kesabaran, kesenangan bersama (SETELAH) kesusahan, dan sesungguhnya yang ada bersama kesulitan adalah (KEMUDIAN AKAN DATANG) kemudahan." (Maksud Hadis Bukhari dan Muslim) Berkata para arifin: "Ada lima dosa yang lebih besar daripada dosa itu sendiri; membesar-besarkan dosa (MEMBANGGA-BANGGAKAN PERBUATAN DOSANYA) adalah lebih besar daripada dosa. Meremehkan (MEMANDANG REMEH) dosa adalah lebih besar daripada dosa.Terus menerus didalam mengerjakan dosa adalah lebih besar daripada dosa. Terang-terangan berbuat dosa adalah lebih besar daripada dosa. Berani berbuat dosa adalah lebih besar daripada dosa itu

TERBAKAR API CINTA ILLAHI

Bagi seorang hamba yang tengah terbakar api cinta kepada ALLAH, tak ada keinginan selain bisa dekat dengan Sang Kekasih. Ia suka memilih tempat yang sunyi, menyendiri dari manusia dan dunia (zuhud), untuk mencurahkan isi hati kepada Kekasihnya. Baginya, dunia ini tak ada nilainya. Bahkan akhirat pun tak ia lirik. Ia hanya punya satu keinginan: menuju pintu kedekatan dengan-Nya.Bila seorang hamba hatinya telah dekat kepada-Nya, maka dunia dan akhirat akan menjadi miliknya. Namun, untuk mencapai maqam seperti itu tidaklah mudah. Diperlukan mujahadah keras untuk mengosongkan hati dari makhluk, hingga yang tersisa di hati hanyalah ALLAH. "Manusia hanya punya satu hati, yang apabila telah penuh dengan sesuatu, tak lagi punya ruang untuk yang lain". * ( Syekh Abdul Qadir Al-Jailani )

NASEHAT PENERANG JIWA

Hai orang-orang yang lalai ! Secara terang-terangan Engkau menentang ALLAH S.W.T YANG MAHA BENAR dengan bermaksiat kepada-Nya tetapi merasa aman dari siksa-Nya? Ketahuilah tak lama lagi rasa aman itu akan berubah menjadi KETAKUTAN, masa luangmu menjadi KESEMPITAN, KESEHATAN-mu menjadi sakit, KEMULIAN-mu menjadi kehinaan, KEDUDUKAN-mu menjadi rendah, KEKAYAAN-mu menjadi kemiskinan. Ketahuilah ! Rasa aman dari siksa ALLAH 'Azza wa jalla yang akan kau peroleh di hari KIAMAT sesuai dengan rasa takutmu kepada-Nya di dunia ini. Sebaliknya, ketakutanmu di hari kiamat, sesuai dengan rasa amanmu ( dari siksa ALLAH S.WT. ) di dunia. Sayangnya ! Engkau tenggelam di dunia dan terperosok ke lembah kelalaian, sehingga cara hidupmu seperti hewan. Yang kalian ketahui hanya makan, minum, menikah dan tidur. Keadaan kalian ini tampak nyata bagi orang-orang yang berhati suci. Rasa rakus terhadap dunia, keinginan untuk mencari dan menumpuk-numpuk harta telah memalingkan kalian dari jalan ALLAH 

TAFSIR IYYAKA NA'BUDU WA IYYAKA NASTA'IN

Sejumlah Sufi juga menegaskan: * IyyaKa Na'budu adalah kefanaan hamba, wa-IyyaKa Nasta’in adalah Baqo’Nya Allah SWT. * IyyaKa Na'budu, adalah jika engkau tak mampu melihatNya maka Dialah yang Melihatmu, dan wa-IyyaKa Nasta'in jika engkau menyembah seakan-akan engkau melihatNya. * IyyaKa Na'budu adalah Mi'raj, wa-IyyaKa Nasta'in adalah Rahmatan Lil-'Alamiin. * IyyaKa Na'budu adalah ibadah dan ‘ubudiyah (hendaknya menyembah dan menuju) wa-IyyaKa Nasta'in adalah 'abudah, hendaknya engkau Musyahadah dan Ma'rifah. * IyyaKa Na'budu adalah Taraqqy (menanjak ke Ilahi), dan wa-IyyaKa Nasta'in adalah Tanazzul (turun bersama Allah Azza wa-Jalaa). . Penafsiran ayat di atas tentu akan terus memanjang tiada akhir, karena sifat absolutnya Ketuhanan Allah Rabbul' Izzah.

SUFI JUGA MENGIKUTI AJARAN SEORANG NABI

Metode Sufi hidup adalah tentang mencapai kedekatan ilahi. Sufi melihat semua materi dari perspektif ini. Sebagai tujuan langsung adalah Allah saja, penting bagi sufi untuk diingat bahwa setiap tindakan dan keputusan ada di depan Tuhan dan menyangkut Tuhan. Misalnya sufi menghormati dan mengikuti nabi. Alasan untuk ini adalah ia hanya melihat Allah, ia menyadari bahwa Allah mengirimkan seorang nabi dan memberinya petunjuk tertentu bagi masyarakat dan siapa saja menolak untuk mengikuti secara langsung menolak untuk mengikuti Tuhan. Untuk itu, sufi melihat petunjuk nabi sebagai gerbang dan hanya gerbang Tuhan. Kedekatan ilahi tidak mungkin tanpa mengikuti nabi, sebagai sufi memahami bahwa Allah pada akhirnya pemilik pengirim nabi.

TUJUAN DAN KEBEBASAN

Segala sesuatu di dunia eksistensi memiliki akhir dan tujuan. Akhirnya adalah kematangan dan tujuannya adalah kebebasan. Misalnya, buah tumbuh di pohon sampai matang dan kemudian terjatuh. Buah yang matang mewakili kematangan, dan buah yang jatuh adalah kebebasan. Tujuan akhir adalah kembali ke asal seseorang. Semuanya yang mencapai asalnya telah mencapai tujuannya. Seorang petani menabur gandum di tanah dan cenderung itu. Itu mulai tumbuh,dan akhirnya benih lagi menjadi gandum. Ini telah kembali ke bentuk aslinya. Lingkaran selesai. Melengkapi lingkaran eksistensi adalah kebebasan .

CAHAYA KENYAKINAN

"SEANDAINYA CAHAYA KEYAKINAN MENYINARIMU, NISCAYA ENGKAU MELIHAT AKHIRAT LEBIH DEKAT DARI PADA ENGKAU BERJALAN MENUJUNYA DAN ENGKAUPUN DAPAT MELIHAT 'GERHANA' KEFANAAN BENAR-BENAR MELANDA KEINDAHAN DUNIA. * Artinya : Hidup didunia fana ini Cuma sekejap bila Yang Maha kekal menjadi fokus kita. Oleh karenanya jika engkau melihat dengan cahaya hatimu, engkau menyadari betapa singkat, betapa pendek waktu kita dan begitu cepat akhirat tiba. Segala pesona dunia hanyalah kilauan dan cerminan keindahan surga yang sempurna. Hati yang suci tidak akan ternoda oleh kilauan dan kekacauan dunia ini, serta akan senantiasa siap menyongsong kematian.

HATI YANG KERING BUAHNYA AKAN RONTOK

"Hati tak ubahnya seperti sebatang pohon yang disirami air ketaatan. Keadaan hati mempengaruhi buah yang dihasilkan anggota tubuh. Buah dari mata adalah perhatian untuk mengambil pelajaran. Buah dari telinga adalah perhatian terhadap Al-Quran. Buah dari lidah adalah dzikir. Kedua tangan dan kaki membuahkan amal-amal kebajikan. Sedangkan, jika hati dalam keadaan kering, buah-buahnya pun akan rontok dan manfaatnya hilang. Karena itu, ketika hati itu kering, siramilah dengan memperbanyak dzikir." . Ibnu Atha’illah dalam Taj A-‘Arus Al-Hawi li Tahdzib An-Nufus

ZIKIR PENENTRAM HATI (IBNU ATHOILAH)

"JANGAN TINGGALKAN DZIKIR LANTARAN TIDAK BISA BERKONSENTRASI KEPADA ALLAH KETIKA BERDZIKIR. KARENA KELALAIANMU (TERHADAP ALLAH ) KETIKA TIDAK BERDZIKIR LEBIH BURUK KETIMBANG KELALAIANMU KETIKA BERDZIKIR. MUDAH-MUDAHAN ALLAH MENGANGKATMU DARI DZIKIR PENUH KELALAIAN MENUJU PENUH KESADARAN, DAN DARI DZIKIR PENUH KESADARAN MENUJU DZIKIR YANG DISEMANGATI KEHADIRAN-NYA, DAN DARI DZIKIR YANG DI SEMANGATI KEHADIRAN-NYA MENUJU DZIKIR YANG MENIADAKAN SEGALA SELAIN-NYA. " DAN YANG DEMIKIAN ITU BAGI ALLAH TIDAKLAH SUKAR" ¤ Maksudnya : Doa, munajat, dzikir dan seluruh tindakan pengabdian akan sangat efektif bila hati kita damai, suci dan hadir. Tetapi kita harus terus melaksanakan kegiantan itu kendati kita sedang diganggu dan digoda. Bahkan, ingatan atau dzikir dengan lisan dapat membangkitkan hati. Pencerahan dan kesadaran mempunyai derajat-derajatdan tingkat-tingkatnya dan satu tingkat dapat mengantar ke tingkat lainnya. Keadaan akhir yang diinginkan adalah kesadaran hanya

DZIKIR MEMURNIKAN HATI

Tujuan Dzikir adalah untuk memurnikan hati dan jiwa dan membangkitkan hati nurani manusia. dengan mengingat Allah maka ia memiliki dampak yang lebih besar dari dalam sehingga dapat menahan dari perbuatan keji dan mungkar dari sekedar shalat resmi .. ketika seorang hamba membuka jiwanya kepada Tuhan, kemudian ia memuji- memuji-Nya, maka Allah akan menguatkan dia dengan terang-Nya,meningkatkan-nya, sehingga iman dan keyakina-nya , meyakinkan pikiran dan hatinya. . Hal ini mengacu pada "orang-orang yang beriman, dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah, karena tanpa keraguan dalam mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." [13:28]