Tingkatan Jiwa
JIWA pada tahap paling rendah disebut NAFS AMARAT, Yakni NAFS yang terus menerus mendorong kepada hal-hal yang buruk dan rendah. Setelah melalui latihan spritual, JIWA meningkat menjadi NAFS LAWWAMAT, Yakni JIWA yang mampu mencela kekurangan-kekurangan dirinya sendiri. Bila di tingkatkan lagi, JIWA itu akah sampai kepada puncak kesempurnaannya, itulah NAFS MUTMAINNAT, Yakni JIWA yang Tentram, Damai, dan Bahagia. Manusia yang memiliki JIWA yang sempurna itu disebut juga manusia sempurna atau INSAN KAMIL.
Mengenai manusia sempurna ini, AL-JAMI' sebenarnya memberikan penjelasan yang cukup panjang. Manusia sempurna dalam kajian penganut WAHDATUL WUJUD bukan saja mengacu pada sejumlah kecil individu yang pernah hidup dimuka bumi ini dan memiliki JIWA yang paling sempurna namun juga mengacu pada ciptaan Allah yang pertama, yang bersifat Spritual dan merupakan bentuk awal segenap alam semesta.
Dari banyak munajatnya yang indah kepada Allah, dia berkata:
"Ya Rabbi, ya Tuhanku, jauhkanlah kami dari perbuatan menghabiskan waktu untuk perkara-perkarakecil yang tidak berguna. Tunjukkanlah kepada kami segala perkara menurut hakekatnya. Angkatlah dari batin kami selubung ketidaksadaran.Janganlah diperlihatkan kepada kami barang yang tidak nyata sebagai barang yang ada. Janganlah Kau biarkan bayang-bayang menutup batin kami, sehingga kami tidak dapat melihat keindahan-Mu. Jadikanlah bayang-bayang ini sebagai kaca yang melalui batin kami untuk menyaksikan-Mu."
Pada bagian lain dia berkata:
"Sang kekasih menyeru dari kedai minuman, datanglah lalu berilah aku anggur cinta, cawan demi cawan. Kubebaskan diriku dari belenggu logika dan nalar. Lalu kumulai meratap dan menangis untuk bersatu."
Dalam tahun terakhirnya ia melihat visi tentang kematiannya, dan sering melantunkan bait syair berikut:
Adalah memalukan Bahwa hari-hari berlalu tanpa kita Bunga-bunga akan mekar dan musim semi akan tiba Musim panas, musim dingin, dan musim semi akan berlalu Dan kita pasti akan menjadi tanah dan debu.
Dari banyak munajatnya yang indah kepada Allah, dia berkata:
"Ya Rabbi, ya Tuhanku, jauhkanlah kami dari perbuatan menghabiskan waktu untuk perkara-perkarakecil yang tidak berguna. Tunjukkanlah kepada kami segala perkara menurut hakekatnya. Angkatlah dari batin kami selubung ketidaksadaran.Janganlah diperlihatkan kepada kami barang yang tidak nyata sebagai barang yang ada. Janganlah Kau biarkan bayang-bayang menutup batin kami, sehingga kami tidak dapat melihat keindahan-Mu. Jadikanlah bayang-bayang ini sebagai kaca yang melalui batin kami untuk menyaksikan-Mu."
Pada bagian lain dia berkata:
"Sang kekasih menyeru dari kedai minuman, datanglah lalu berilah aku anggur cinta, cawan demi cawan. Kubebaskan diriku dari belenggu logika dan nalar. Lalu kumulai meratap dan menangis untuk bersatu."
Dalam tahun terakhirnya ia melihat visi tentang kematiannya, dan sering melantunkan bait syair berikut:
Adalah memalukan Bahwa hari-hari berlalu tanpa kita Bunga-bunga akan mekar dan musim semi akan tiba Musim panas, musim dingin, dan musim semi akan berlalu Dan kita pasti akan menjadi tanah dan debu.